UAN
A. Latar Belakang
Salah satu tantangan pendidikan dewasa ini adalah membangun keterampilan abad 21, diantaranya adalah keterampilan melek teknologi informasi dan komunikasi, keterampilan berpikir kritis dan sistemik, keterampilan memecahkan masalah, keterampilan berkomunikasi efektif dan keterampilan berkolaborasi. Keterampilan tersebut itulah yang menurut Perserikatan Bangsa Bangsa merupakan ciri dari masayarakat era global saat ini, yaitu masyarakat berpengetahuan (knowledge-based society).
Pendidikan adalah usaha sadar dan sistemastis, yang dilakukan orang-orang yang diserahi tanggung jawab untuk mempengaruhi peserta didik agar mempunyai sifat dan tabiat sesuai dengan cita-cita pendidikan (Munib, 2004:34). Pendidikan ialah pimpinan yang diberikan dengan sengaja oleh orang dewasa kepada anak-anak, dalam pertumbuhannya (jasmani dan rohani) agar berguna bagi diri sendiri dan bagi masyarakat (Purwanto, 2002:10). Dalam arti lain, pendidikan merupakan pendewasaan peserta didik agar dapat mengembangkan bakat, potensi dan keterampilan yang dimiliki dalam menjalani kehidupan. Oleh karena itu, sudah seharusnya pendidikan didesain guna memberikan pemahaman serta meningkatkan hasil belajar peserta didik (siswa).
Pendidikan di Indonesia, khususnya Sulawesi Selatan dan terkhusus lagi di daerah Kab. Jeneponto di hadapkan pada berbagai macam masalah. Salah satunya adalah rendahnya kualitas hasil belajar siswa. Hasil belajar siswa di sekolah sering diindikasikan dengan permasalahan belajar dari siswa tersebut dalam memahami materi. Indikasi ini dimungkinkan karena faktor belajar siswa yang kurang efektif, bahkan siswa sendiri tidak merasa termotivasi di dalam mengikuti pembelajaran di kelas. Sehingga menyebabkan siswa kurang atau bahkan tidak memahami materi yang bersifat sukar yang di berikan oleh guru tersebut. Kecenderungan pembelajaran yang kurang menarik ini merupakan hal yang wajar di alami oleh guru yang tidak memahami kebutuhan dari siswa tersebut baik dalam karakteristik, maupun dalam pengembangan ilmu. Dalam hal ini, peran seorang guru sebagai pengembang ilmu sangat besar untuk memilih dan melaksanakan pembelajaran yang tepat dan efisien bagi peserta didik bukan hanya pembelajaran berbasis konvensional. Itulah yang menyebabkan mengapa mutu pendidikan di Sulawesi Selatan terkhusus daerah Kab. Jeneponto berada lebih di bawah di bandingkan dengan provinsi atau daerah lain di tanah air.
Matematika adalah suatu disiplin ilmu yang mencakup berbagai peranan, seperti peranan dalam memajukan daya berpikir, kreatifitas, pemahaman konsep dan berjalan seiring dengan perkembangan kemajuan teknologi. Secara sederhana matematika dapat didefinisikan sebagai suatu pertanda perkembangan intelegensi manusia, matematika juga merupakan salah satu cara mengembangkan cara berpikir oleh karena itu matematika sangat diperlukan baik untuk kehidupan sehari-hari maupun dalam menghadapi kemajuan IPTEK. Jadi pada dasarnya diperlukan penguasaan matematika yang kuat guna menghadapi era globalisasi yang kian merambah di tengah-tengah masyarakat.
Mata pelajaran matematika diberikan kepada semua peserta didik untuk membekali mereka dengan kemampuan berpikir logis, analitis, sistematis, kritis, dan kreatif, serta mampu bekerjasama. Kompetisi tersebut diperlukan agar peserta didik dapat memiliki kemampuan memperoleh, mengelola, dan memanfaatkan informasi untuk bertahan hidup pada keadaan yang selalu berubah, tidak pasti, dan kompetitif.
Meskipun pada dasarnya mata pelajaran matematika diberikan dihampir setiap jenjang pendidikan mulai dari SD, SMP, SMA sampai Perguruan Tinggi. Serta diberikan waktu yang lebih banyak dibandingkan dengan mata pelajaran lainnya, namun hal itu tidak memberikan hasil yang signifikan bahwa hasil belajar siswa di mata pelajaran matematika semakin meningkat. Setiap tahunnya standar kelulusan terus naik, hal ini akan menjadi suatu tantangan bagi pendidik dan peserta didik untuk semakin berusaha lebih keras. Termasuk berusaha di dalam mengubah paradigma berpikir yang skeptis ke arah berpikir logis, kritis dan kreatif, serta mengubah pembelajaran di kelas.
Pembelajaran yang baik dapat ditunjang dari suasana pembelajaran yang kondusif serta hubungan komunikasi antara guru, siswa dapat berjalan dengan baik. Berangkat dari hal tersebut multimedia interaktif dalam kelas dikembangkan atas dasar asumsi bahwa proses komunikasi di dalam pembelajaran akan lebih bermakna (menarik minat siswa dan memberikan kemudahan untuk memahami materi karena penyajiannya yang interaktif), jika memanfaatkan berbagai media sebagai sarana penunjang kegiatan pembelajaran.
Kenyataan di lapangan menunjukkan bahwa penyebab rendahnya hasil belajar matematika di SMK adalah karena guru masih menggunakan model mengajar yang tidak sesuai dengan materi, karakteristik siswa, dan guru biasanya hanya mengejar materi yang akan diajarkan dengan tujuan agar cepat selesai. Sehingga siswa kesulitan dalam memahami, menguasai konsep dan membuat siswa cenderung merasa jenuh dan bosan dengan pembelajaran yang dilakukan. Khususnya akan merasa bosan pada mata pelajaran matematika itu sendiri.
Pada observasi awal yang dilakukan di sekolah SMK Negeri 4 Jeneponto, peneliti memperoleh informasi dari guru mata pelajaran matematika di sekolah tersebut bahwa Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) siswa hanya mencapai nilai 65. Itu artinya bahwa kualitas belajar matematika di sekolah ini masih tergolong rendah. Rendahnya hasil belajar Matematika di SMK Negeri 4 Jeneponto merupakan salah satu indikasi perlunya perbaikan model pembelajaran yang digunakan oleh guru. Sehingga diperlukan suatu alternative yang sekiranya dapat mengatasi masalah pembelajaran yang di hadapi di sekolah ini, khususnya pada mata pelajaran matematika.
Salah satu alternatife yang bisa di gunakan adalah dengan pemanfaatan media interaktif atau yang dikenal dengan Information Communication And Technologies (ICT). Mengapa menggunakan ICT? Menurut R. Bambang Aryan Soekisno (2007), Proses belajar mengajar (PBM) seringkali dihadapkan pada materi yang abstrak dan di luar pengalaman siswa sehari-hari, sehingga materi ini menjadi sulit diajarkan guru dan sulit dipahami siswa. Visualisasi adalah salah satu cara yang dapat dilakukan untuk mengkonkritkan sesuatu yang abstrak. Gambar dua dimensi atau model tiga dimensi adalah visualisasi yang sering dilakukan dalam PBM. Pada era informatika visualisasi berkembang dalam bentuk gambar bergerak (animasi) yang dapat ditambahkan suara (audio). Sajian audio visual atau lebih dikenal dengan sebutan multimedia menjadikan visualisasi lebih menarik.
ICT dalam hal ini komputer dengan dukungan multimedia dapat menyajikan sebuah tampilan berupa teks nonsekuensial, nonlinear, dan multidimensional dengan percabangan tautan dan simpul secara interaktif. Tampilan tersebut akan membuat pengguna (user) lebih leluasa memilih, mensintesa, dan mengelaborasi pengetahuan yang ingin dipahaminya. Keunggulan komputer dapat mengakomodasi siswa yang lamban menerima pelajaran, karena komputer tidak pernah bosan, sangat sabar dalam menjalankan instruksi, seperti yang diinginkan. Iklim afektif ini akan melibatkan penggambaran ulang berbagai objek yang ada dalam pikiran siswa. Dan iklim inilah yang membuat tingkat retensi siswa pengguna komputer multimedia lebih tinggi daripada bukan pengguna.
Dari segi pengertian, multimedia interaktif dapat di artikan sebagai kombinasi berbagai unsur media yang terdiri dari teks, grafis, foto, animasi, video, dan suara yang disajikan secara interaktif dalam media pembelajaran. Dalam hal ini, adalah dengan memanfaatkan ICT tersebut. Penulis menganggap perlu mengadakan penelitian mengenai ICT di SMK Negeri 4 Jeneponto, pada kelas TKJ.1 (Teknik Komputer dan Jaringan). Selain karena siswa di kelas tersebut sudah terbiasa menggunakan Komputer, juga karena belum ada penelitian di bidang Matematika yang memanfaatkan ICT di dalam proses belajar mengajar di kelas. Sehingga dengan pemanfaatan ICT tersebut diharapkan dapat memberikan peningkatan bagi hasil belajar mereka. Oleh karena itu, penulis ingin melakukan penelitian mengenai:
“PENINGKATAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MELALUI PEMANFAATAN INFORMATION COMMUNICATION AND TECHNOLOGIES (ICT) PADA SISWA KELAS XI TKJ.1 SMK NEGERI 4 JENEPONTO KEC. BANGKALA KAB. JENEPONTO”.
B. Permasalahan dan Pemecahannya
1. Identifikasi Masalah
Berdasarkan Latar Belakang di atas, terlihat bahwa salah satu masalah yang dihadapi siswa dalam proses belajar mengajar adalah siswa kesulitan di dalam memahami, menguasai suatu konsep, sehingga menyebabkan siswa kesulitan dalam mengerjakan soal-soal yang diberikan oleh guru. Bahkan memberikan anggapan sendiri pada siswa bahwa matematika itu menjemukan, sukar dan juga sangat membosankan.
Hal ini akan berakibat pada tingkat keberhasilan siswa dalam belajar. Hasil belajar siswa di SMK 4 Jeneponto Kab. Jeneponto cenderung masih rendah sehingga diharapkan dengan pemanfaatan ICT (Information Communication And Technologies) dalam PBM maka akan memberikan suatu sumbangsih yang positif dalam peningkatan hasil belajar siswa. Sebab ICT membantu siswa berperan secara penuh dalam PBM, aktif, kreatif dan juga membentuk konsepnya sendiri.

2. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian dalam latar belakang yang telah dikemukakan, maka masalah yang menjadi pusat perhatian dalam penelitian ini adalah “Apakah dengan Pemanfaatan Information Communication And Technologies (ICT) dapat Meningkatkan Hasil Belajar Matematika siswa kelas XI TKJ.1 SMK Negeri 4 Jeneponto Kec. Bangkala Kab. Jeneponto?”
C. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian merupakan jawaban dari rumusan masalah agar suatu penelitian dapat lebih terarah dan ada batasan – batasan tentang objek yang diteliti. Adapun tujuan penelitian ini adalah “Untuk meningkatkan hasil belajar Matematika siswa kelas XI TKJ.1 SMK Negeri 4 Jeneponto Kec. Bangkala Kab. Jeneponto melalui Pemanfaatan Information Communication And Technologies (ICT)”.

D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoretis
Secara umum hasil penelitian ini diharapkan secara teoritis dapat memberikan sumbangan kepada pembelajaran matematika. terutama pada peningkatan hasil belajar siswa dalam mata pelajaran matematika melalui pemanfaatan Information Communication And Technologies (ICT). Oleh karena itu, guru dapat menerapkan pada pembelajaran matematika atau pada mata pelajaran lainnya.
2. Manfaat Praktis
Secara praktis, penelitian ini memberikan masukan kepada guru agar dapat digunakan untuk memperbaiki pembelajaran matematika melalui pemanfaatan Information Communication And Technologies (ICT). Bagi siswa yang menjadi objek penelitian diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar siswa mengenai pembelajaran matematika dengan pembelajaran yang berbasis ICT.
















BAB II
KAJIAN TEORETIK DAN HIPOTESIS TINDAKAN
A. Kajian Teoretik
Untuk mengkaji pemanfaatan Information Communication And Technologies (ICT) dalam meningkatkan hasil belajar siswa kelas XI TKJ.1 digunakan teori yang berkaitan dengan pembelajaran yang memanfaatkan ICT sebagai inovasi tindakan dalam upaya meningkatkan hasil belajar siswa kelas XI TKJ.1
1. Peningkatan
“Peningkatan” adalah upaya untuk menambah tingkat, derajat, kualitas ataupun kuantitas. Pada penelitian ini yang dimaksud Peningkatan adalah usaha menjadikan lebih baik sesuai dengan kondisi-kondisi yang dapat diusahakan. Untuk penelitian ini, peningkatan difokuskan pada pemahaman siswa dalam belajar matematika. Kriterianya bersifat normatif dalam, yaitu hasil tindakanya di analisis dengan metode alur kemudian dibandingkan dengan kondisi sebelumnya.
2. Belajar
Menurut Winkel (1996:10) belajar dapat didefinisikan sebagiai suatu aktivitas mental/psikis yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan yang menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengetahuan, pemahaman, keterampilan dan nilai sikap. Perubahan itu bersifat relative, konstan dan terbatas.
Menurut Drs. Slameto ( Dalam Djamarah, Syaiful Bahri, Psikologi Belajar; Rineka Cipta; 1999) Belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri di dalam interaksi dengan lingkungannya.
Menurut Purwanto ( 1992), Belajar adalah setiap perubahan yang relatif menetap dalam tingkah laku, yang terjadi sebagi hasil dari suatu latihan atau pengalman. (www.google.com).
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa seseorang telah dikatakan belajar apabila pada dirinya telah terjadi perubahan tingkah laku maupun telah memperoleh kecakapan, keterampilan dan sikap, yang semuanya diperoleh berdasarkan pengalaman yang dialaminya.
3. Belajar Matematika
Menurut Hudoyo (1988:3) Matematika adalah sebagai ilmu mengenai struktur akan mencakup tentang hubungan, pola maupun bentuk, dapat dikatakan matematika berkenaan dengan ide-ide (gagasan-gagasan), stuktur dan hubungan dengan konsep-konsep abstrak.
Matematika timbul karena pikiran-pikiran manusia yang berhubungan dengan ide, proses dan penalaran. Matematika terdiri dari empat wawasan yang luas yaitu: Aritmatika, Aljabar, Geometri, dan Analisa (analysis). Selain itu matematika adalah ratunya ilmu, maksudnya bahwa matematika itu tidak tergantung bidang lain, bahasa dan agar dipahami orang dengan tepat harus menggunakan simbol dan istilah yang cermat disepakati secara bermakna. Ilmu deduktif yang tidak menerima generalisasi yang didasarkan kepada observasi (induktif) tetapi generalisasi yang didasarkan kepada pembuktian secara deduktif. Ilmu tentang keteraturan, ilmu tentang stuktur yang terorganisai mulai dari unsur yang tidak didefinisikan keaksioma/postulat dan akhirnya ke dalil.
Matematika tersusun secara hierarkis yang satu dengan yang lain berkaitan erat. Konsep-konsep matematika pada tingkat lebih tinggi tidak mungkin lebih dipahami, sebelum memahami konsep sebelumnya dengan baik. Ini berarti bahwa belajar matematika harus bertahap dan berurutan secara sistematis serta harus didasarkan kepada pengalamn belajar yang terdahulu. Seseorang akanlebih mudah mempelajari suatu materi yang baru bila didasarkan kepada pengetahuan yang telah diketahui dan dipahami.
Tujuan belajar matematika itu sendiri adalah sesuatu yang ingin dicapai setelah proses belajar mengajar matematika berlangsung dengan baik untuk jangka pendek maupun jangka panjang. Tujuan belajar matematika jangka pendek yaitu dikuasainya sejumlah materi yang trlah dipelajarinya, sedangkan tujuan belajar matematika jangka panjang adalah berkenaan dengan penggunaan matematika dalam kehidupan sehari-hari dan penghargaan terhadap matematika itu sendiri sebagai ilmu struktur yang abstrak.
4. Hasil Belajar
Dalam proses belajar mengajar, kegiatan utamanya adalah belajar bagi siswa dan mengajar bagi guru. Siswa senantiasa ingin mencapai hasil yang baik dalam belajar dan sebaliknya guru senantiasa ingin memperoleh hasil yang baik dan kegiatan yang dilakukan.
Hasil belajar mempunyai peranan penting dalam pendidikan, karena dapat menentukan kualitas yang dicapai siswa dalam bidang studi yang dipelajari di sekolah. Pengertian tentang hasil belajar yang dimaksud oleh peneliti adalah hasil belajar yang diperoleh siswa dalam mata pelajaran tertentu yang menggunakan tes sebagai alat ukur keberhasilan siswa.
Menurut Dimyati dan Mudjiono (Hlm. 250-251.1999), hasil belajar merupakan hal yang dapat dipandang dari dua sisi yaitu sisi siswa dan dari sisi guru. Dari sisi siswa, hasil belajar merupakan tingkat perkembangan mental yang lebih baik bila dibandingkan pada saat sebelum belajar. Tingkat perkembangan mental tersebut terwujud pada jenis-jenis ranah kognitif, afektif, dan psikomotor. Sedangkan dari sisi guru, hasil belajar merupakan saat terselesikannya bahan pelajaran. Menurut Oemar Hamalik hasil belajar adalah bila seseorang telah belajar akan terjadi perubahan tingkah laku pada orang tersebut, misalnya dari tidak tahu menjadi tahu, dan dari tidak mengerti menjadi mengerti.
Berdasarkan teori Taksonomi Bloom hasil belajar dalam rangka studi dicapai melalui tiga kategori ranah antara lain kognitif, afektif, psikomotor. Perinciannya adalah sebagai berikut:
1. Ranah Kognitif
Berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari 6 aspek yaitu
pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisis, sintesis dan penilaian.
2. Ranah Afektif
Berkenaan dengan sikap dan nilai. Ranah afektif meliputi lima jenjang
kemampuan yaitu menerima, menjawab atau reaksi, menilai, organisasi
dan karakterisasi dengan suatu nilai atau kompleks nilai.
3. Ranah Psikomotor
Meliputi keterampilan motorik, manipulasi benda-benda, koordinasi neuromuscular (menghubungkan, mengamati). Tipe hasil belajar kognitif lebih dominan daripada afektif dan psikomotor karena lebih menonjol, namun hasil belajar psikomotor dan afektif juga harus menjadi bagian dari hasil penilaian dalam proses pembelajaran di sekolah.
Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Hasil belajar digunakan oleh guru untuk dijadikan ukuran atau kriteria dalam mencapai suatu tujuan pendidikan. Hal ini dapat tercapai apabila siswa sudah memahami belajar dengan diiringi oleh perubahan tingkah laku yang lebih baik lagi.
Hasil belajar yang dicapai siswa setelah melalui proses belajar mengajar yang optimal mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:
a. Kepuasan dan kebanggan yang dapat menimbulkan motivasi belajar intrinsik pada siswa.
b. Menambah keyakinan dan kemampuan siswa.
c. Hasil belajar yang diperoleh siswa secara keseluruhan mencakup rana kognitif dan rana psikomotorik.
d. Kemampuan siswa untuk mengontrol atau menilai dan mengendalikan dirinya terutama dalam menilai hasil yang dicapainya serta mengendalikan proses dan usaha belajarnya.
Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah pengetahuan, pengalaman, dan keterampilan yang dimiliki atau diketahui oleh peserta didik setelah ia mengalami proses belajar mengajar.
5. Media Pembelajaran
Kata media berasal dari bahasa latin dan merupakan bentuk jamak dari kata medium. Secara harfiah berarti perantara atau pengantar. Dengan demikian, media adalah perantara atau pengantar pesan dari pengirim ke penerima pesan (Sadiman, 2002:6) Pembelajaran adalah usaha-usaha belajar agar terjadi proses belajar dalam diri siswa (Sadiman, 2007:7). Jadi media pembelajaran adalah segala sesuatu yang dapat menanggung pikiran, perasaan, perhatian dan minat siswa sedemikian rupa sehingga proses belajar terjadi.
Menurut Djamarah dan Zain (1996: 136) dalam kegiatan belajar mengajar ketidakjelasan bahan yang disampaikan dapat dibantu dengan menghadirkan media sebagai perantara.
Penggunan media pada waktu berlangsung pengajaran setidaknya digunakan guru pada situasi berikut :
a. Bahan pengajaran yang dijelaskan guru kurang dipahami siswa.
b. Terbatasnya sumber pengajaran yang tidak semua sekolah mempunyai buku sumber atau tidak semua bahan pengajaran dalam buku sumber tersebut dalam bentuk media.
c. Perhatian siswa terhadap pengajaran berkurang akibat kebosanan mendengarkan uraian guru.
Gerlach dan Ely dalam Arsyad (2003:11) mengemukakan tiga ciri media yang merupakan petunjuk mengapa media digunakan dan apa-apa saja yang dapat dilakukan media yang mungkin guru tidak mampu (kurang efisien) melakukannya, yaitu (Arsyad, 2003:11):
a. Ciri Fiksatif (Fixative Property)
Media memungkinkan suatu rekaman kejadian atau objek yang terjadi pada suatu waktu tertentu ditransportasikan tanpa mengenal waktu.
b. Ciri Manipulatif (Manipulative Property)
Media memanipulasi kejadian atau objek dengan jalan mengedit hasil rekaman yang dapat mengenal waktu.
c. Ciri Distributif (Distributive Property)
Media memungkinkan suatu objek atau kejadian ditransportasikan melaui ruang dan secara bersamaan kejadian tersebut dijadikan tersebut disajikan kepada sejumlah siswa dengan stimulus pengalamn yang relatif sama mengenai kejadian itu.
6. Jenis-jenis Media
a) Media Audio
Media Audio adalah media yang hanya melibatkan indera pendengaran dan hanya mampu memanipulasi kemampuan suara semata. Dilihat dari sifat pesan yang diterimanya media audio ini menerima pesan verbal dan non verbal. Pesan verbal audio yakni bahasa lisan atau kata-kata, dan pesan nonverbal audio adalah seperti bunyi-bunyian dan vokalisasi, seperti gerutuan, gumam, musik dan lain-lain. Contoh media ini adalah program radio, dan program media rekam (software), yang disalurkan melalui hardware seperti radio dan alat-alat perekam seperti phonograph record (disc recording), audio tape, (tape recorder) yang menggunakan pita magnetic (cassette) dan compact disk.
b) Media Visual
Media Visual adalah media yang hanya melibatkan indera penglihatan. Termasuk dalam jenis media ini adalah media cetak verbal, media cetak-rafis, dan media visual non-cetak. Media visual-verbal adalah media visual yang memuat pesan-pesan verbal (pesan linguistik berbentuk tulisan). Media visual-nonverbal-grafis adalah media visual yang memuat pesan nonverbal yakni berupa simbol-simbol visual atau unsur-unsur grafis seperti gambar (sketsa, lukisan, dan photo), grafik, diagram, bagan, dan peta. Media visual nonverbal-tiga dimensi adalah media visual yang memiliki tiga dimensi, berupa model, seperti miniatur, mock up, specimen, dan diorama.
c) Media Audio Visual
Media audio visual adalah media yang melibatkan indera pendengaran dan penglihatan sekaligus dalam satu proses. Sifat pesn yang dapat disalurkan melalui media dapat berupa pesan, verbal dan non verbal yang terdengar layaknya media audio di atas. Contoh, film dokumenter, film docudokumenter, film drama, dan lain-lain. Semua program ini dapat disalurkan melalui peralatan seperti televisi, video, dan film.
d) ICT (Information Communication And Techologies)
ICT adalah sistem atau teknologi yang dapat mereduksi batasan ruang dan waktu untuk mengambil, memindahkan, menganalisis, menyajikan, menyimpan dan menyampaikan informasi data menjadi sebuah informasi. Dilakukan oleh dua orang atau lebih. Dimana melibatkan media audio, visual dan audio visual. Keunggulan dari ICT adalah memungkinkan kita untuk mengakses informasi lebih cepat, tepat, dan akurat. ICT termasuk di dalamnya adalah pembelajaran dengan memanfaatkan Komputer sebagai alat belajar, menyediakan sarana pembelajaran on-line melalui internet dan media elektronik. Memungkinkan kita berkomunikasi dari satu orang ke orang lain di seluruh belahan negeri ini.
7. Information Communication And Technologies (ICT)
a. Teknologi (Technologies)
Menurut Kast Rosenweig, teknologi adalah penggunaan atau penerapan suatu bidang ilmu pengetahuan terhadap bidang-bidang lain. Teknologi menurut Toynbee (2004:34) merupakan syarat yang memungkinkan konstituen-konstituen non material kehidupan manusia, yaitu perasaan dan pikiran, institusi, ide dan idealnya.
Teknologi adalah cara melakukan sesuatu untuk memenuhi kebutuhan manusia dengan bantuan alat dan akal (hardware dan software) sehingga seakan-akan memperpanjang, memperkuat, atau membuat ampuh anggota tubuh, panca indera dan otak manusia.

b. Informasi (Information)
Dalam Bahasa Indonesia ”Information” berarti ”Informasi” yang artinya data yang diolah menjadi bentuk yang lebih berguna dan lebih berarti bagi yang menerimanya (Jogiyanto, 1999:8). Sumber informasi adalah data. Data adalah kenyataan yang menggambarkan suatu kejadian-kejadian dengan kesatuan nyata.
Menurut Jogiyanto (1999:5) kualitas informasi tergantung dari tiga hal yaitu:
1. Relevan (Relevancy)
Informasi harus membelikan manfaat bagi pemakainya. Relevansi informasi untuk tiap-tiap orang satu dengan yang lainnya berbeda.
2. Akurat (Accurancy)
Informasi harus bebas dari kesalahan-kesalahan dan tidak bisa atau menysatkan. Akurat juga berarti informasi harus jelas mencerminkan maksudnya. Informasi harus akurat karena dariu sumber informasi sampai penerima informasi kemungkinan banyak terjadi gangguan atau noise yang dapat mengubah atau merusak informasi tersebut.
3. Tepat waktu (Timeliness)
Informasi yang tepat waktu, berarti informasi yang datang pada penerima tidak boleh terlambat. Informasi yang usang tidak akan mempunyai nilai lagi karena informasi merupakan landasan bagi pengambilan keputusan terlambat, maka dapat berakibat fatal untuk organisasi.
Dewasa ini mahalnya nilai informasi disebabkab harus cepatnya informasi tersebut didapat sehingga diperlukan teknologi-teknologi mutakhir untuk mendapatkan, mengolah dan mengirimkannya.
Nilai dari informasi ditentukan dari dua hal yaitu manfaat dan biaya mendapatkannya. Suatu informasi dikatakan bernilai apabila dapat bermanfaat lebih efektif dibandingkan dengan biaya mendapatkannya. Kegunaan informasi adalah untuk mengurangi hal ketidakpastian didalam proses pengambilan keputusan tentang suatu keadaan. Perlu diperhatikan bahwa informasi yang digunakan untukbeberapa kegunaan. Dengan demikian informasi tidak hanya digunakan oleh satu pihak.
Informasi tidak dapat ditaksir keuntungannya dengan suatu nilai uang, tetapi dapat ditaksir efektifitasnya (Jogiyanto,1999:11)
c. Teknologi Informasi (TI)
Menurut (Main, 2008) TI dapat diartikan sebagai teknologi yang digunakan untuk menyimpan, menghasilkan, mengolah serta menyebarkan informasi.
Teknologi Informasi adalah suatu teknologi yang digunakan untuk mengolah data, termasuk memproses, mendapatkan, menyusun, menyimpan, memanipulasi data dalam berbagai cara untuk menghasilkan informasi yang berkualitas, yaitu informasi yang relevan, akurat dan tepat waktu, yang digunakan untuk keperluan bisnis, dan pemerintahan dan merupakan informasi yang strategis untuk pengambilan keputusan. Teknologi ini menggunakan seperangkat computer untuk mengolah data, system jaringan untuk menghubungkan satu computer dengan computer yang lainnya sesuai dengan kebutuhan, dan teknologi telekomunikasi digunakan agar data dapat disebar dan diakses secara global.
d. Komunikasi (Communication)
Communication yang dalam bahasa indonesia berarti Komunikasi adalah penyampaian pikiran atau perasaan oleh seseorang (Komunikator) kepada orang lain (Komunikan) melalui media yang menimbulkan efek. Pikiran bias merupakan gagasan, informasi, opini, dan lain-lain (Effendy:11).
Menurut Wijaya (2002:11) Komunikasi adalah hubungan kontak antar dan antara manusia baik individu maupun kelompok.
Jadi komunikasi adalah penyampaian pikiran dari komunikator ke komunikan melalui media baik secara individu maupun kelompok.
e. Information Communications Technologies (ICT)
Di The Dictionary of Computers, Information Processing and Telecommunications (Hariyadi, 1993: 253, dalam Ardroni), IT : Teknologi pengadaan, pengolahan, penyimpanan, dan penyebaran berbagai jenis informasi dengan memanfaatkan komputer dan telekomunikasi yang lahir karena “... adanya dorongan-dorongan kuat untuk menciptakan teknologi baru yang dapat mengatasi kelambatan manusia mengolah informasi.
Fitrihana (2007), ICT adalah sistem atau teknologi yang dapat mereduksi batasan ruang dan waktu untuk mengambil, memindahkan, menganalisis, menyajikan, menyimpan dan menyampaikan informasi data menjadi sebuah informasi
Dalam hal ini, ICT yang dimaksud penulis adalah penyampaian data yang dilakukan oleh dua orang atau lebih dan telah diolah berdasarkan ilmu eksak dan berlandaskan proses tekhnik sehingga bermanfaat bagi manusia dan pengguna (User).
Informasi adalah inti dari suatu komunikasi. Komunikasi yang berhasil dapat ditunjang oleh teknologi informasi dan komunikasi. Biasanya suatu komunikasi dikatakan berhasil bila informasi yang diterima oleh target sama dengan apa yang dikirim oleh pengirim. Namun tingkat keberhasilan komunikasi masih dapat dibedakan berdasarkan kemudahan dan kecepatan proses. Peran ICT secara umum adalah meningkatkan keberhasilan komunikasi itu sendiri.
7. Pembelajaran Menggunakan ICT
Pembelajaran menggunakan ICT adalah pembelajaran yang melibatkan media interaktif dalam proses belajar mengajar. Yang termasuk ke dalam pembelajaran menggunakan ICT adalah:
a. Overhead Projector (OHP)
Overhead Projector (OHP) adalah sebuah alat yang berfungsi untuk memproyeksikan bahan-bahan visual yang dibuat di atas lembar transparan. Overhead Projector (OHP) ditemukan sejak 1930-an yaitu sejak adanya penemuan lensa flanel yang digunakan dalam OHP (Asnawir, 2002:57).
Ada dua jenis OHP yang biasa diapakai dalam pembelajaran, yakni stage overhead projector dan protable overhead projector. stage overhead projector merupakan jenis proyektor yang umumnya digunakan pada presentasi biasa di kelas. Sedangkan protable overhead projector mempunyai bentuk dapat dilipat dan mempunyai penutup. Keuntungan dari OHP ini adalah tampilan gambar yang lebih dari cukup.
b. Slide (Film Bingkai)
Pada umumnya slide sama dengan film-strip, perbedannya adalah bahwa slide dapat diproyeksikan satu persatu, sedangkan film-strips merupakan rangkaian atau keseluruhan penyampaian ide tertentu. Slide dapat digunakan untuk menyajikan gambar atau objek hasil pemotretan.
c. Film Strip (Film Rangkai)
Berbeda dengan slide, gambar (frame) pada film strip berurutan merupakan satu kesatuan. Rangkaian gambar tersebut bisa dikatakan rangkaian photo (gambar positif) di atas bahan yang transparan.
d. Opaque Projector (proyektor Tak Tembus Pandang)
Opaque Projector mampu memproyeksikan bahan-bahan tidak tembus pandang (opaque). Benda-benda datar, tiga dimensi seperti mata uang, model, serta warna dan anyaman dapat diproyeksikan (Arief S. Sadiman 1990:65)
e. Komputer (Microsoft Power Point)
Komputer adalah seperangkat alat yang dapat digunakan untuk mengolah, menyimpan dan menampilkan data. Salah satu program unggulan komputer adalah Microsoft corporation. Microsoft corporation memiliki beberapa program yakni diantaranya adalah Microsoft Power Point. Microsoft Power Point adalah satu program aplikasi yang paling banyak diminati untuk presentasi. Keunggulan Microsoft Power Point adalah mampu menggabungkan teks, angka, gambar, slide, dan suara. Sehingga dapat digunakan dalam pembelajaran karena menarik bagi siswa dari segi fasilitas yang dimilikinya.
8. Microsoft Power Point.
Microsoft Power point merupakan salah satu produk unggulan Microsoft coporation dalam program aplikasi presentasi yang paling banyak digunakan saat ini. Menurut Stephen W. Sagman (1997: 4) Power Point adalah program pengolah presentasi yang menggabungkan teks dan angka yang sudah dikumpulkan dan memasang gambar dan slide dengan sentuhan professional yang memenuhi tuntutan audience berselera tinggi. Fasilitas yang dimiliki power point diharapkan mampu menghilangkan kebosanan siswa saat proses belajar mengajar berlangsung.
9. Internet
Internet (Interconection and networking) adalah jaringan global ang menghubungkan jutaan komputer di seluruh dunia, dimana komputer yang tesambung ke internet menyediakan informasi yang terbuka untuk umum, sehingga pemakai internet akan dapat menghubungi banyak komputer kapan saja, dan dari mana saja di belahan bumi ini untuk mengirim berita, memperoleh informasi ataupun mentrasfer data. Untuk dapat menggunakan internet diperlukan sebuah kompuer, harddisc, modem, jaringan telephone, operating system dan keterampilan menggunakan internet.
Pemanfaatan internet sebagai media pembelajaran mengkondisikan peserta didik untuk belajar secara mandiri. Peserta didik dapat mengakses secara on-line dari berbagai perpustakaan, museum, database dan mendapatkan sumber primer tentang berbagai peristiwa sejarah biografi, rekaman, laporan, data statitisk, jurnal, koran, artikel, dsb. Informasi yang diberikan server-computers itu dapat berasal dari commercial bussiness (com), goverment service (gov), nonprofit organization (org), educational institution (edu), academic institution (ac) ataupun artistic and cultural groups (arts).
Peserta didik dapat berperan sebagai seorang peneliti, analis, atau apa saja dan tidak hanya konsumen informasi saja. Mereka dapat menganalisis informasi yang relevan dengan pembelajaran melakukan pencarian yang sesuai dengan kehidupan nyata. Peserta didik dan pendidik tidak perlu hadir secara fisik di kelas, karena peserta didik dapat mempelajari bahan ajar dan mengerjakan tugas-tugas pembelajaran serta ujian dengan cara mengakses jaringan komputer yang telah ditetapkan secara on-line. Peserta didik juga dapat belajar bekerjasama satu sama lainnya. Mereka dapat saling berkirim e-mail untuk mendiskusikan bahan ajar, kemudian selain mengerjakan tugas pembelajaran dan menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diberikan guru, peserta didik dapat berkomunikasi dengan rekan sekelasnya. Memungkinkan pihak berkepentingan (seperti halnya guru dan pimpinan) dapat turut serta dalam kegiatan pembelajaran dengan cara mengecek apa-apa yang dikerjakan peserta didik secara on-line.

B. Kerangka Berpikir
Keberhasilan proses belajar mengajar khususnya pada pembelajaran matematika dapat dilihat dari tingkat pemahaman dan penguasaan materi. Hasil belajar yang diperoleh siswa dalam mata pelajaran tertentu dapat diukur dengan menggunakan tes sebagai alat ukur keberhasilan siswa.
Siswa dikatakan berhasil dalam belajar apabila siswa menguasai dan memiliki kemampuan dan keterampilan dalam mengerjakan soal-soal yang diberikan. Keberhasilan siswa dalam belajar akan menunjukkan suatu perilaku seperti keterampilan dan kebiasaan, menambah pengetahuan dan pengertian serta membentuk sikap dan cita-cita yang lebih terarah.
Dengan demikian, pembelajaran matematika di sekolah terutama di SMK merupakan masalah jika siswa tidak mampu menguasai dan menunjukkan suatu keterampilan dalam PBM. Jika konsep dasar yang diberikan kepada siswa salah maka siswa pun akan menerima informasi tersebut dengan salah. Oleh karena itu, pemanfaatan media Interaktif dalam hal ini ICT dalam Proses Belajar Mengajar (PBM) mendorong kita agar mampu melakukan perubahan-perubahan terutama perubahan dalam bidang pendidikan khususnya pembelajaran Matematika.
Pendidikan bisa diperbaiki dengan memanfaatkan teknologi yang ada dan berkembang selama ini. Komputer dengan aplikasi Power Point bisa dimanfaatkan sebagai media pembelajaran yang menarik bagi siswa karena program tersebut dilengkapi dengan berbagai aplikasi seperti bentuk gambar, animasi, audio visual, serta tampilan yang menarik perhatian dan minat belajar siswa.
Media Interaktif ini diharapkan dapat digunakan dalam pembelajaran di kelas karena program tersebut mudah untuk dioperasikan dan siswa juga lebih berminat untuk mempelajari matematika. Dengan minat yang tinggi dari siswa, proses belajar juga akan efektif dan mampu menciptakan suasana belajar yang kondusif. Hal ini apabila didukung dengan guru yang berkualitas, media belajar yang lengkap akan meningkatkan hasil belajar siswa dalam pembelajaran matematika.
Penelitian Tindakan kelas merupakan salah satu alternative yang dapat dilakukan untuk mengenal masalah-masalah yang menyebabkan rendahnya keberhasilan siswa dalam belajar matematika dan untuk mengetahui usaha dalam mengatasinya.
Prosedur tindakan kelas ini merupakan siklus dan dilaksanakan sesuai perencanaan atau perbaikan dari perencanaan tindakan terdahulu. Dalam penelitian ini diperlukan evaluasi awal sebagai upaya untuk menentukan fakta-fakta yang dapat digunakan untuk melengkapi kajian teori yang ada untuk menyusun perencanaan tindakan yang tepat agar keberhasilan siswa dalam belajar dapat ditingkatkan.
Tindakan kelas yang dilaksanakan berupa pengajaran secara sistematik dengan tindakan pengelolaan kelas melalui strategi pendekatan, metode, teknik pengajaran yang tepat dengan penerapannya konditional yang mengacu pada fakta-fakta dan perencanaan tindakan yang telah disusun sebelumnya. Tindakan dilakukan secara siklus maksudnya setelah tindakan pertama selesai dapat dilakukan tindakan peneliti akan mengamati bagaimana reaksi siswa dalam setiap tindakan pengajaran yang dilakukan peneliti di depan kelas. Dalam sekali tindakan biasanya permasalahan atau pemikiran baru yang perlunya mendapat perhatian sehingga siklus tersebut harus terus berulang sampai permasalahan tersebut teratasi.

D. Hipotesis Tindakan
Berdasarkan kajian teoretik dan kerangka pikir di atas maka dapat dirumuskan hipotesis tindakan sebagai berikut:
Dengan memanfaatkan ICT (Information Communication And Technologies), maka dapat meningkatkan hasil belajar matematika siswa kelas XI TKJ.1 SMK Negeri 4 Jeneponto Kecamatan Bangkala Kabupaten Jeneponto.












BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang dilakukan secara kolaborasi antara kepala sekolah, guru, dan peneliti dengan upaya meningkatkan hasil belajar siswa melalui pemanfaatan Information Communication And Technologies (ICT).
Penelitian Tindakan Kelas merupakan kegiatan pemecahan masalah yang melalui tahapan sebagai berikut:
a. Perencanaan (Planning)
b. Pelaksanaan (Action)
c. Pengamatan dan Evaluasi (Observing and Evaluating)
d. Penganalisis Data/Informasi untuk memutuskan sejauh mana kelebihan atau kelemahan tindakan tersebut (reflecting).
PTK bercirikan perbaikan terus menerus.
B. Tempat dan Subjek Penelitian
1. Tempat Penelitian
Tempat yang digunakan peneliti untuk melakukan penelitian adalah SMK Negeri 4 Jeneponto Kec. Bangkala Kab. Jeneponto. Alasan peneliti memilih sekolah ini adalah karena letaknya strategis sehingga mempermudah dalam melaksanakan penelitian serta sudah ada fasilitas laboratorium komputer sehingga menjadi nilai lebih bagi sekolah tersebut. Selain itu, siswa di kelas ini juga tertarik dan telah terbiasa menggunakan komputer. Namun belum pernah menerapkan pembelajaran ICT dalam pembelajaran matematika di kelas.
2. Subjek Penelitian
Subjek penelitian ini adalah siswa kelas SMK NEGERI 4 JENEPONTO Kecamatan Bangkala Kabupaten. Jeneponto Tahun Ajaran 2009/2010. Dengan pertimbangan bahwa siswa pada sekolah ini memiliki kemampuan yang heterogen. Dalam penelitian ini dipilih satu kelas yaitu kelas XI TKJ.1 SMK Negeri 4 Jeneponto Kecamatan Bangkala Kabupaten Jeneponto.
C. Faktor-faktor yang di Selidiki
1) Faktor Input
Faktor Input yaitu melihat kehadiran siswa dan keefektifan seperti perhatian, kesungguhan dan sikapnya dalam belajar matematika. Selain itu, juga diamati kemampuan siswa dalam menjawab dan menyelesaikan soal matematika jika menerapkan pembelajaran melalui pemanfaatan Information Communication And Technologies (ICT).
2) Faktor Proses
Faktor proses yaitu dengan melihat apakah proses belajar mengajar berlangsung kondusif, bermakna, aktif, kreatif, dan menyenangkan dengan diterapkannya pembelajaran melalui pemanfaatan Information Communication And Technologies (ICT).
3) Faktor Output
Faktor Output yaitu dengan melihat hasil belajar siswa apakah terjadi peningkatan atau tidak setelah diadakan tes setiap akhir siklus.

D. Rancangan Penelitian
Pengamatan selama tindakan penelitian dilakukan berdasarkan observasi, dibuat pada catatan pembelajaran. Penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar matematika siswa serta memperoleh manfaat yang lebih baik. Langkah-langkah yang ditempuh penelitian ini yaitu : 1) Dialog awal, 2) Perencanaan tindakan, 3) Pelaksanaan tindakan, 4) Observasi dan monitoring, 5) Refleksi, 6) Evaluasi, 7) penyimpulan.
Langkah-langkah penelitian diilustrasikan dalam sisklus sebagai berikut :
1. Perencanaan Tindakan
Langkah-langkah persiapan untuk mengadakan tindakan terdiri dari:
a. Identifikasi masalah
Peneliti merumuskan permasalahan siswa sebagai upaya meningkatkan hasil belajar siswa dalam belajar matematika yang diberikan melalui pemanfaatan ICT. Tindakan yang ditawarkan pada identifikasi masalah antara lain dengan tes yang diberikan pada saat tindakan kelas, sehingga dapat mengidentifikasi materi yang dirasa sulit bagi siswa.
b. Identifikasi siswa
Proses identifikasi siswa dilakukan untuk menemukan siswa yang aktif atau yang pasif dalam belajar melalui rangkaian kegiatan pengumpulan data yang mengacu pada dokumen hasil tes yang diberikan pada saat dilaksanakan tindakan.
c. Perencanaan solusi masalah
Solusi yang di tawarkan untuk mengatasi masalah peningkatan hasil belajar dalam pembelajaran Matematika adalah strategi pembelajaran melalui pemanfaatan ICT dalam Proses Belajar Mengajar.
d. Rencana Pembelajaran melalui pemanfaatan ICT.
- Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
- Program Power Point
- Alat-alat evaluasi
2. Pelaksanaan Tindakan
Tindakan dilaksanakan berdasarkan perencanaan, Namun tindakan tidak mutlak dikendalikan oleh rencana statu tindakan yang diputuskan mengandung resiko karena terjadi dalam situasi nyata, oleh karenanya rencana tindakan harus bersifat sementara dan fleksibel serta Siap dilakukan perubahan sesuai apa yang terjadi dalam proses pelaksanaan di lapangan sesuai usaha menuju perbaikan.

3. Observasi dan Evaluasi
Observasi berfungsi untuk mendokumentasikan tindakan terkait. Observasi yang cermat dibutuhkan karena tindakan selalu akan dibatasi oleh kendala realistis, dan semua kendala tersebut belum pernah dilihat dengan jelas pada waktu lalu. Observasi ini bersifat responsive, fleksibel dan terbuka untuk mencatat hal-hal yang tak terduga. Peneliti tindakan selalu menyediakan jurnal untuk mencatat hal-hal yang luput dari observasi dalam kategori observasi yang ada. Saat melakukan observasi, peneliti mengamati proses tindakan, pengaruh tindakan, keadaan dan kendala tindakan.
Evaluasi belajar dan pembelajaran adalah proses untuk menentukan nilai belajar dan pembelajaran yang dilaksanakan, dengan melalui kegiatan penilaian atau pengukuran belajar dan pembelajaran. Evaluasi hasil pengamatan dilakukan untuk mengkaji hasil perencanaan, observasi dan refleksi penelitian pada setiap pelaksanaan penelitian. Evaluasi diarahkan pada penemuan bukti-bukti untuk menyusun jawaban terhadap tujuan penelitian.
5. Refleksi
Refleksi dalam penelitian tindakan kelas (PTK) adalah upaya untuk mengkaji yang telah dan belum terjadi, apa yang dihasilkan, kenapa hal tersebut terjadi demikian dan apa yang perlu dilakukan selanjutnya. Hasil refleksi digunakan untuk menetapkan langkah selanjutnya dalam upaya untuk menghasilkan perbaikan. Dengan kata lain, refleksi merupakan pengkajian terhadap keberhasilan atau kegagalan pencapaian tujuan sementara.

D. Teknik Pengumpulan Data
Penelitian Tindakan Kelas dilakukan bersifat deskriptif kualitatif. Sumber data yang utama adalah peneliti yang melakukan tindakan dan siswa yang menerima tindakan, serta sumber data berupa data dokumentasi. Pengambilan data dilakukan dengan observasi, catatan lapangan, metode tes dan dokumentasi.
1. Metode Observasi
Observasi adalah suatu teknik yang dilakukan dengan mengadakan pengamatan secara telita dan sistematis (Suharsimi Arikunto, 1998 : 28). Observasi dijadikan sampel untuk mendapatkan gambaran secara langsung kegiatan belajar siswa dikelas. Sehingga data observasi diperoleh secara langsung dengan jalan melihat dan mengamati kegiatan siswa, dengan demikian data tersebut dapat bersifat objektif dalam melukiskan aspek-aspek kepribadian siswa menurut keadaan yang sebenarnya serta didalam menyimpulkan hasil penelitian tidak berat sebelah atau hanya menekankan pada salah satu segi saja dari kemampuan atau prestasi matematika siswa.
2. Metode Tes
Tes adalah suatu alat untuk mengukur kualitas, abilitas, keterampilan atau pengetahuan dari seseorang atau kelompok individu (Depdikbud, 1975: 67).
Tes adalah suatu alat atau metode untuk mengadakan penyelidikan yang menggunakan soal-soal, pertanyaan atau tugas-tugas yang lain dimana persoalan-persoalan atau pertanyaan-pertanyaan itu telah dipilih dengan seksama dan telah distandarisasikan (Bimo Walgito, 1987: 87).
Suharsimi Arikunto (1998:139) mengatakan ”metode tes adalah serentetan pertanyaan atau latihan atau alat lain yang digunakan untuk mengukur ketrampilan, pengetahuan, intelegensi, kemampuan atau bakat yang dimiliki oleh individu atua kelompok”.
Jadi dari beberapa pengertian di atas maka dapat disimpulkan bahwa tes adalah suatu kumpulan pertanyaan yang sudah distandarisasikan untuk mengukur keterampilan atau pengetahuan seseorang atau kelompok individu. Dalam penelitian ini diujikan diakhir pembelajaran yang berguna untuk mengetahui tingkat kemampuan siswa didalam memahami materi.
3. Catatan lapangan
Catatan lapangan adalah beberapa catatan yang diperoleh peneliti mengenai hasil pengamatan pada saat penelitian untuk mendapatkan data yang sedetail mungkin, sehingga proses penelitian dapat berjalan secara efektif dan efisien dalam setiap tindakan-tindakan pada saat proses belajar mengajar berlangsung. Jadi, catatan lapangan dalam penelitian ini digunakan untuk merangkum perubahan-perubahan dalam proses pembelajaran yang tidak terdapat dalam pedoman observasi, sehingga catatan lapangan hanya sebagai pelengkap data.
4. Dokumentasi
Dokumentasi merupakan metode untuk memperoleh atau mengetahui sesuatu dengan buku-buku, arsip yang berhubungan dengan yang diteliti. Dokumentasi digunakan untuk memperoleh data sekolah dan nama siswa serta foto rekaman proses tindakan penelitian.
F. Tekhnik Analisis Data
Pada Penelitian Tindalakan Kelas (PTK) ini, data dianalisis sejak tindakan pembelajaran dilaksanakan, dikembangkan selama proses refleksi sampai proses penyusunan laporan.
Data yang telah terkumpul selanjutnya dianalisis secara kuantitatif dan kualitatif. Data hasil observasi akan dianalisis secara kualitatif, sedangkan data mengenai hasil tes matematika siswa dianalisis secara kuantitatif dengan menggunakan statistika deskriptif yaitu skor rata-rata, persentase, nilai maksimum, nilai minimum, dan standar deviasi yang dicapai siswa setiap siklus.
Data hasil belajar yang diperoleh dikategorikan berdasarkan teknik kategoriasi standar yang diterapkan oleh Departemen Pendidikan Nasional (Rosnani: 2007) yaitu sebagai berikut:
a. Nilai 0 – 34 : dikategorikan “sangat rendah”
b. Nilai 35 – 54 : dikategorikan “rendah”
c. Nilai 55 – 64 : dikategorikan “sedang”
d. Nilai 65 – 84 : dikategorikan “tinggi”


G. Indikator Keberhasilan
Indikator keberhasilan penelitian ini adalah bila terjadi peningkatan skor rata-rata hasil belajar matematika dan siswa telah melaksanakan aktifitas yang direncanakan sesuai dengan pembelajaran melalui pemanfaatan Information Communication And Technologies (ICT) pada kelas XI TKJ.1 SMK Negeri 4 Jeneponto Kecamatan Bangkala Kabupaten Jeneponto terhadap bahan ajar yang diberikan setelah menerapkan pembelajaran melalui pemanfaatan Information Communication And Technologies (ICT).















DAFTAR PUSTAKA

Anom Suratno. Pemanfaatan Media Berbasis ICT Terhadap Pembelajaran di Sekolah. http://anomsuratno.net.

Arif. Proposal penelitian “Dukungan Media Pembelajaran Matematika Berbasis TIK untuk Peningkatan Pemahaman Konsep Keliling dan Luas Segi Empat”. http://4riif.wordpress.com.

Arief S. Sadiman, dkk. 2002. Media Pendidikan. Edisi Revisi. Jakarta. Penerbit: Rajawali.

Aryan, B. Soekisno. 2009. Pengembangan ICT dalam Pembelajaran di SMA. Bogor. http://rbaryans.wordpress.com/2008/09/17/

Azhar Arsyad. 1997. Media Pengajaran. Jakarta. Penerbit: Raja Grafindo Persada.

Chaeruman A. Uwes. 2008. Pengembangan Rencana Pembelajaran yang mengintegrasikan TIK. Pusat Teknologi Informasi dan Komunikasi Pendidikan Departemen Pendidikan Nasional.

Daryanto. 2007. Evaluasi Pendidikan. Hlm. 102-124. Jakarta: Penerbit Rineka Cipta.

Dimyati dan Mudjiono. 1999. Belajar dan Pembelajaran. Hlm. 250-251. Jakarta: Penerbit Rineka Cipta.

Djamarah dan Zain, 2006. Strategi Belajar Mengajar. Edisi Revisi. Jakarta: Penerbit Rineka Cipta.

Ely, Vernon S. Gerlach & Donald P. 1980. Teaching & Media a Systematic Approach. New Jersey: Prentice-Hall.

Fathani Abd. Halim, 2009. Matematika Hakikat dan Logika. Jogjakarta: Penerbit AR-RUZZ Media.

Hamalik Oemar. 2006. Proses Belajar Mengajar. Hal. 30. Bandung. Penerbit: Bumi Aksara.

Heinich, R. Molenda, M. Russel, James D. Smaldino, Sharon E. 1996. Instructional Media and Technologies for Learning. Prentice-Hall, Inc. New Jersey.

http://id.wikipedia.org/wiki/Teknologi_informasi

Hudojo, H., (1988), Mengajar Belajar Matematika. Depdikbud, Jakarta

Isjoni, Arief Ismail dan Rosnani Mahmud. 2008. ICT: Untuk Sekolah Unggul. Yograkarta. Penerbit: Pustaka Pelajar.

Kusni. 2003. Geometri Dasar. Semarang : UNNES

Lilik Setiono. Pengembangan Media Pembelajaran Berbasis Komputer. http://ilmukomputer.com.

Mahmudin. 2009. Pemanfaatan ICT (Information and Communication Technology) Di Perpustakaan. http://www.lib.itb.ac.id.

Munadi, Yudhi. 2008. Media Pembelajaran; Sebuah Pendekatan Baru. Jakarta: Penerbit: Gaung Persada Press.

Sabri Ahmad. 2007. Strategi Belajar Mengajar & Micro Teaching. Ciputat. Penerbit: Quantum Teaching.

Saryanto Teguh, 2005. Penelitian, Media Pembelajaran berbantu komputer (Studi kasus Pemanfaatan software delphi dan matlab).

Sigit, Bambang, Joko. 2009. Pengembangan Pembelajaran dengan Menggunakan Multimedia Interaktif untuk pembelajaran yang berkualitas. http://luarsekolah.blogspot.com/
Slameto, 2003. Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. Edisi Revisi. Jakarta. Penerbit: Rineka Cipta.

Sudjana Nana. 2005. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Hal. 22. Bandung: Penerbit PT. Remaja Rosdikarya.

Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R & D. Bandung. Penerbit: Alfabeta.

W.D Ratna. 1988. Teori-teori Belajar. Jakarta. DEPDIKBUD Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Proyek Pengembangan Lembaga Pendidikan Tenaga Pendidikan.

W.S. Winkel. 1996. Psikologi Pengajaran. Edisi Revisi. Jakarta. Penerbit: Gramedia.
Diposkan oleh MejikuStory di 21:18
0 komentar:

Poskan Komentar



Link ke posting ini
Buat sebuah Link

Posting Lama Beranda
Langgan: Poskan Komentar (Atom) Pengikut

Arsip Blog
▼ 2009 (9)
▼ Oktober (1)
prposal PTK MAtematika
► September (5)
kumpulan puisi
Novel"Senandung rindu Alena"
cerpen"Gadis Yang Mencintai Senja"
cerpen "KEpada LAngit"
Tuhan dengar Aku...
► Agustus (3)
ini tentang dia.
benci nunggu
story 1
Mengenai Saya

MejikuStory
Lihat profil lengkapku
Category: 0 komentar